Sekolah Sayur Bercengkrama Dengan Alam

Assalamualaikum, selamat pagi semuanya. Sudah lama tidak bersapa , apakabarnya manteman? 👋 Semoga selalu dalam keadaan sehat walafiat ya. Aamiin ya rabbal alamin.


Nah, balik lagi di #RuangMakchy
"Memberi Kebebasan Berekspresi di Sekolah, Sayur Untuk Sekolah"

Kenalan dulu dengan bapak satu ini Muhammad Farid atau yang biasa di sapa Farid, awalnya karena kerap diprotes karena motode pembelajarannya yang dianggap aneh, justru menjadi pemantik untuk membangun sekolah. Di sekolahnya, Farid mengizinkan orang tua membayar menggunakan sayur dan doa.

Bagaimana kisahnya ? Kok bisa bayar dengan sayur ? Disimak yuks cerita #SayurUntukSekolah

Pada 2005 dia mampu mendirikan SD dan SMP Alam di bawah Yayasan Banyuwangi Islamic School di lahan seluas 3.000 meter persegi. Ada 70 siswa belajar di sana. Farid menjabat Kepala Sekolah SMP Alam. Pengelolaan SD dia serahkan pada sahabatnya, Suyanto.

Sekolahnya begitu unik, tak ada ruang kelas dan bangku. Hanya membangun Aula, sebuah mushola kecil, serta satu sanggar. Sisanya saung-saung kayu sederhana. Para siswa bebas belajar di mana saja.

Seragamnya pun hanya satu stel untuk Senin dan Selasa. Selebihnya pakaian bebas. Siswa tak harus memakai sepatu, kalau memang tak punya. Mayoritas para murid dari keluarga kurang mampu sehingga mereka boleh membayar sekolah dengan sayur-mayur. Kalau memang terpaksa boleh sekolah gratis.

Kalau soal kualitas boleh diadu. Dengan kurikulum gabungan modern dan pondok pesantren salafiyah, para siswa bisa menguasai Bahasa Arab dan menghapal Al-Qur’an, Bahasa Inggris, Jepang, serta Mandarin. Inggris menjadi bahasa pengantar di sekolah.

Sepekan sekali mereka melakukan kegiatan outbond di halaman sekolah. “Untuk membangun karakter kepemimpinan,”kata Farid. Ia mendirikan sekolah dengan kurikulum kreatif karena suntuk dengan metode-metode usang di sekolah-sekolah umum.

Sayur Untuk Sekolah

Hingga kini sekolah alam membuka kesempatan bagi siapa saja yang ingin bersekolah di sana. Sejak berdiri 12 tahun yang lalu semangat untuk memberikan pendidikan bagi kaum duafa masih tetap bertahan dan terjaga dengan baik.

Perhatian bagi duafa tampak dari cara Farid memungut uang sekolah bagi murid-muridnya. Kepada mereka yang tak mampu membayar uang sekolah, Farid menerima pembayaran berupa sayur dan hasil bumi.


“Kalaupun tidak mampu membayar dengan sayur, kami meminta anak-anak membayar dengan doa bagi keberlangsungan sekolah ini. Doa dan sayur adalah mahar bagi anak-anak untuk mendapat ilmu,” ujarnya.

Farid sengaja tidak menggratiskan pendidikan bagi anak duafa. Menurutnya, membayar kendati hanya dengan sayur ataupun dengan doa merupakan bentuk pengorbanan. Dengan membayar melalui doa atau sayur, ada keterikatan dan rasa memiliki sehingga anak-anak tidak sekedar belajar tetapi juga menghargai apa yang telah dilakukan orang tuanya.

Farid sudah memiliki gambaran mau jadi apa kelak murid-muridnya tersebut. Ia ingin mencetak anak-anak menjadi trainer dan motivator. Untuk itu, ia menggunakan metode belajar dengan konsep mind mapping, math fun, english fun dan lainnya.

“Anak-anak kami ajak merancang dan melakukan sendiri proses pembelajaran. Hal itu agar pelajaran menjadi sesuatu yang menyenangkan. Anak-anak juga dapat mengoptimalkan talentanya,” ujarnya.

Setiap dua bulan sekali, murid-murid sekolah alam juga diminta pulang ke lingkungan atau sekolah  asalnya. Di sana mereka diminta untuk mengajar atau berbagi ilmu tentang apapun yang mereka bisa.

Bila berkomunikasi dengan para murid, jangan heran bila mereka menjawan dengan bahasa Inggris atau Arab. Mereka memang dituntut untuk mengusai kedua bahasa tersebut.

Sekolah Alam juga memiliki raport yang berbeda. Orang tua murid tak hanya disuguhi angka-angka di rapot tetapi juga portofolio yang dihasilkan anak-anak selama 1 semester.

Pola pembelajaran seperti ini sesuai dengan yang digagas oleh Menteri Pendidikan dan Kebudayaan yaitu Nadiem Makariem. Konsep Kemerdekaan Pendidikan yang memberikan ruang para murid mengembangkan kemauan, kemampuan dan minatnya. Pelajar juga tak sekedar buka buku tetapi juga dapat melalui berbagai macam aneka permainan yang seru dan menyenangkan. Jadi belajar harus fun 😊

Muhammad Farid adalah penerima Apresiasi SATU Indonesia Awards 2010

Penerima Apresiasi Satu Indonesia Award tahun 2010 ini bahwa program "Sayur Untuk Sekolah" ini dalam prosesnya bukan perkara mudah mendirikan sekolah berkualitas untuk anak-anak kurang mampu. Karena Dari pintu ke pintu seorang bapak mulia bernama Farid dan seorang kawan bernama Suyanto mencari murid dan dana.

Syukurlah, seorang donatur menyumbangkan 3.000 meter persegi tanahnya untuk sekolah di belakang perumahan Villa Alam Asri, Dusun Jenesari, Desa Genteng Kulon, Banyuwangi, Jawa Timur.

Farid tak surut langkah meskipun izin pendirian sekolah sangat lambat turun. "Gara-gara konsep pendidikan kami dinilai aneh," katanya.

Sarjana Hukum Hukum Islam dari Sekolah Tinggi Agama Islam Ibrahimy Sukorejo, Situbondo ini tinggal di Desa Janesari.

Bagi kawan-kawan dekatnya, Farid unggul dalam konsep tapi lemah dalam implementasi. Gagasan brilian selalu pupus karena pelaksanaannya mentah.

Itu sebabnya, kehadiran Suyanto, sang sahabat, sangat penting menambal kekurangan Farid. Dua karib itu saling melengkapi dan memberi warna bagi sekolah alam Islamic School, Banyuwangi.

Hal ini mewujudkan sekolah kehidupan dibayar sayuran Sekolah Sayur di Banyuwangi yang membuat Harapan Mengenyam Sekolah Berkualitas.

Sebagai seorang tua tentunya Makchy senang sekali mengetahui tentang sekolah seperti ini, setiap anak-anak jadi bisa merasakan bangku pendidikan dengan nyaman. Dan orang tua bisa membiayai anaknya mendapatkan pendidikan dengan "biaya" yang cukup mudah.

Sebuah harapan untuk mendapatkan pendidikan berkualitas walau hanya di bayar sayur dan doa.

Sama seperti Makchy yang selalu ingin memberikan yang terbaik untuk anak-anak. Semoga dengan kisah ini kita jadi lebih semangat memberikan hal yang terbaik dalam hal apapun khususnya pendidikan.

"Mereka yang Berkompromi dengan Alam Demi Sekolah Gratis"


Makchy pamit, wassalamualaikum
Salam,
Makchy 🥦🍒

Komentar

  1. Menarik banget ini program sayur untuk sekolah. Pengen deh menerapkan juga di lingkungan rumah juga.

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

5 Tempat Yang Wajib di Singgahi Saat Ke Verona, Italy

Interlac Probiotic : Solusi Tepat Atasi Kolik Pada Bayi

#MasakBarengMakchy Bikin Makanan Ala Restoran Jadi Super SatSet Dengan Fiesta Seafood